Ketua Gapasdap Merak Angkat Bicara Perihal Layanan Angkutan lebaran 2024 di Pelabuhan Merak – Banten
![](http://krakataumedia.com/wp-content/uploads/2024/04/IMG-20240418-WA0416.jpg)
Cilegon, KM – OJO Dibandingke begitulah ucapan Togar Napitupulu yang akrab disapa Bang Togar atau Opung Togar saat angkat bicara terkait kerusuhan yang terjadi pada pelayanan di Merak.
Menurutnya Pelayanan angkutan penyeberangan Merak – Bakau merupakan satu kesatuan atau sistem sehingga keberhasilan atau kegagalan di penyebrangan Merak dan bakauheni adalah supporting dari pengelolaan dua pelabuhan.
“Pelayanan penyebrangan Merak-Bakauheni menjadi satu kesatuan Sistem sehingga berhasil atau tidaknya pelayanan penyebrangan Merak-Bakauheni adalah Supporting dari pengelola Dua pelabuhan tersebut”. ujar togar di Kantor Gapasdap Merak. Rabu 18/04/2024.
Togar pun menjelaskan bahwa dirinya tahu seperti apa pola pergerakan arus Mudik dan Arus balik Pelabuhan Merak – Bakauheni Lampung lantaran dirinya sudah berkecimpung lebih dari 40 tahun di Pelabuhan Merak.
“Memang sulit kalau mau membandingkan layanan angleb Merak dan Bakau, mnurut saya Alasan utama pergerakan arus mudik itu semua orang pingin tiba cepat dan bisa lebaran di rumah, karena lebaran tidak bisa ditunda bos..haha”. Ucap togar dengan gaya bataknya.
Lanjut Togar “bayangkan saja kalau semua berdatangan secara bersamaan dalam jumlah besar pasti sangat repot namun puji Tuhan nyatanya tidak ada satupun pemudik yg lebaran di jalan tuh, Beda dengan arus balik, secara phsycology orang lebih santai kecuali ASN atau pegawai swasta, apalagi pemerintah sudah ngumumin ada WFH.. makin landai tuh pergerakan di Bakau”. Jelasnya
Secara teknis operasional, memang Bakauheni lebih siap, Kenapa? Coba lihat ketersedian bufferzone dan rest area yg bisa dijadikan delaying system serta areal parkir kendaraan di dalam pelabuhan yang sangat luas. Belum lagi pada saat arus balik, kapal yg berangkat dari pelabuhan Panjang bongkaran dilakukan di pelabuhan terpisah dari Merak yaitu di Ciwandan.
Bakauheni juga lebih siap karena akses exit jalan toll Bakau nggak ada hambatan langsung ke pelabuhan. Bandingkan dengan Pelabuhan penyeberangan Merak, exit Tollnya tidak sampai di pelabuhan dan masih ada jalan arteri kurang lebih 4 km, sisi kiri kanan jalan tsb ada parkir truck, rumah makan, bengkel, penjual oleh oleh, pom bensin dan sebagainya yg bisa menjadi penghambat pergerakan arus.
Jika kita evaluasi kembali angkutan lebaran tahun 2024 dibanding 2023 secara umum hampir sama, akan tetapi tahun 2024 ini terjadi pergerakan yg cukup tinggi dan terbesar dalam sejarah selama masa Angkutan lebaran. Data menunjukkan pada H-3 jika dibandingkan tahun 2023 ada sekitar 42 ribu pergerakan dalam satu siklus 24 jam sementara tahun 2023 hanya 30 ribuan.
Selanjutnya, togar memberikan saran agar lakukan pembenahan terus dilakukan, baik oleh pemerintah selaku regulator maupun operator pelabuhan PT. ASDP dan Gapasdap yg bergerak di Industri penyeberangan.
“Pembenahan harus terus di lakukan oleh Regulator maupun operator pelabuhan PT. ASDP dan Gapasdap, Misalnya perlu dibangunnya dermaga-dermaga baru sehingga pada saat momen Angleb seperti ini, semua kapal bisa dioperasikan. Dimana saat Angleb tahun ini masih terdapat 20an kapal yang tidak bisa beroperasi karena tidak ada dermaga untuk sandar kapal, Tentu ini menjadi pertimbangan obyektif “Ojo dibandingke” not apple to apple.”. Terangnya
Lanjut Togar “seperti Kata orang bijak jauh lebih baik jika kegagalan dijadikan pengalaman berharga untuk perbaikan ketimbang mencari penyebab yg sebenarnya sudah diketahui tapi kita tidak mau merubahnya. Permasalahan angleb menurut Togar dari dulu sama sampai tahun ini yaitu, Over kapasitas, pembagian muatan yg tidak merata, sistem tiketing, kurangnya buffer zone, adanya calo tiket dan lain-lain”
Di akhir pemaparanya togar menyampaikan bahwa setiap rapat pra angleb selalu dikatakan bahwa Angleb ini adalah operasi kemanusian yang tidak mengedepankan keuntungan, tapi mengapa hanya kapal kami yg swasta yang diberlakukan pola TBB (tidak muat di pelabuhan seberang), tetapi kapal-kapal eksekutif tidak. Hal yg sama juga terjadi di Bakau.
“Dalam setiap kali rapat pra angleb selalu mengatakan operasi kemanusiaan, lalu Pertanyaan saya kenapa kapal-kapal reguler diperlakukan berbeda dengan kapal eksekutif. Harusnya justru kapal-kapal di eksekutif yang diberlakukan pola TBB, karena kapal-kapal tersebut milik perusahaan plat merah yang harus lebih mengutamakan kemanusiaan ketimbang keuntungan. Dan untuk tarifnya juga seharusnya saat Angleb ini disamakan saja antara kapal reguler dan kapal eksekutif sehingga muatan bisa terbagi merata ke setiap dermaga, tidak menumpuk di salah satu dermaga saja”. Tegas Togar.
Oleh karna itu, lanjut togar “Saya berterima kasih pada pemerintah yang telah mendorong diadakannya Dermaga Eksekutif 2 (Dermaga 1) yg sudah digunakan pada Nataru tahun 2023/2024, dan masyarakat sudah senang dengan adanya pilihan layanan di dermaga tersebut. Namun mengingat bahwa angleb ini adalah angkutan kemanusiaan, kita rela di dermaga ini ditambahkan lagi 1 unit kapal agar dapat cepat mengurai antrian.
Lalu Pada kesempatan terpisah yg dikutip dalam wawancara dengan Liputan6.com Agus Pambagyo sebagai Pengamat Kebijakan Publik juga menyampaikan hal senada dengan penyampaian Ketua DPC Gapasdap Merak, yaitu penyebab kemacetan tersebut adalah akibat dari kurangnya dermaga dan sistem penjualan tiket ferizy masih belum sempurna.