Perbaikan Sarana Prasarana Sekolah Negeri di Kota Cilegon Jadi Prioritas Program 100 Hari Kerja Robinsar – Fajar

CILEGON, KM – Pemerintah Kota Cilegon Dalam rangka pencapaian program 100 (seratus) hari kerja Wali Kota dan Wakil Walikota Cilegon Robinsar -Fajar, melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Kota Cilegon menjalin kerja sama strategis dengan Fakultas Teknik Sipil Universitas Negeri Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) dalam pemetaan kerusakan bangunan pendidikan jenjang TK, SD, dan SMP Negeri se-Kota Cilegon.
Tim Ahli Untirta beserta mahasiswa melakukan Survey Kerusakan bangunan sekolah ke 16 (enam belas) TK Negeri, 149 (seratus empat puluh sembilan) SD Negeri dan 16 (enam belas) SMP Negeri selama 15 (lima belas) hari kalender.
Ekspose hasil survey perhitungan kerusakan bangunan sekolah Tim Untirta dilaksanakan pada Kamis 17 April 2025 bertempat di ruang rapat Walikota dihadiri langsung oleh Wakil Walikota Cilegon, Sekretaris Daerah Kota Cilegon, Asisten Daerah 1 Kota Cilegon, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Cilegon beserta jajaran. serta unsur Bappeda.
Dalam ekspose tersebut tim ahli Untirta menyampaikan bahwa dari hasil penilaian kerusakan didapatkan bahwa terdapat 25 (dua puluh lima) sekolah memiliki tingkat kerusakan berat, 3 (tiga) sekolah rusak sedang dan 144 (seratus empat puluh empat) sekolah memiliki tingkat kerusakan ringan.

dengan rincian jenjang TK 1 (satu) Rusak berat dan 15 (lima belas) Rusak Ringan, jenjang SD 21 (dua puluh satu) rusak berat, 3 (tiga) rusak sedang dan 125 (seratus dua puluh lima) rusak ringan dan untuk jenjang SMP 3 (tiga) Rusak berat dan 13 (tiga belas) Rusak ringan.
“Kerusakan ringan bukan berarti bisa diabaikan,” kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Heni Anita Susila, Selasa (22 April 2025)
“Dalam kondisi tertentu, rusak ringan bisa menjadi ancaman jika tidak segera ditangani.” lanjut nya
Survei ini menjadi bagian dari program 100 hari kerja Wali Kota dan Wakil Wali Kota. Tapi lebih dari sekadar program, langkah ini mencerminkan keseriusan pemerintah baru dalam menata ulang infrastruktur pendidikan. Kota Cilegon selama ini lebih dikenal sebagai kawasan industri. Namun di balik pabrik-pabrik baja dan cerobong asap, sekolah-sekolah di sudut kota ini diam-diam rapuh—baik secara fisik maupun layanan.
Di beberapa sekolah, siswa masih belajar di ruang kelas yang dindingnya retak dan plafonnya berlubang. Ada bangunan yang kusennya lapuk, tangga berderit, hingga sanitasi yang tak memadai. Kondisi ini tentu jauh dari cita-cita pendidikan yang aman dan nyaman.
Bagi Bunda Heni sapaan akrab Heni Anita Susila pemetaan ini bukan akhir. Data akan diinput ke dalam sistem Data Pokok Pendidikan (Dapodik) yang menjadi acuan nasional. Dari situ, pemerintah pusat bisa mengalokasikan Dana Alokasi Khusus (DAK) fisik untuk perbaikan sekolah.
“Kalau datanya tidak akurat, kita bisa kehilangan peluang bantuan dari pusat,” katanya.
Langkah ini juga akan jadi rujukan utama dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan perencanaan anggaran tahun depan. Pemerintah Kota ingin memastikan bahwa investasi pendidikan tak lagi dibangun atas asumsi, melainkan kebutuhan riil di lapangan.
Dalam dokumen visi-misinya, Wali Kota menempatkan pendidikan sebagai salah satu prioritas utama. Tapi membangun kualitas tak bisa dimulai dari ruang kelas yang bocor. Sebelum berbicara tentang mutu guru atau kurikulum, ada baiknya memastikan dulu bahwa atap sekolah tidak runtuh, dan anak-anak bisa belajar tanpa takut tembok ambruk.
Pemetaan ini barangkali bukan program yang populer. Tak terlihat megah seperti peresmian gedung atau proyek mercusuar. Tapi inilah fondasi yang sejati. Menyisir satu per satu bangunan sekolah yang selama ini diam-diam menyimpan bahaya. Dan itu, dalam politik pemerintahan yang kerap gemar pencitraan, adalah langkah yang patut dihargai.
Seratus hari pertama ini menjadi pembuka: bahwa membenahi kota bisa dimulai dari ruang kelas yang retak. Red*